Judul Buku : Gerhana Kembar
Karya : Clara Ng
Jumlah Halaman : 358
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Gerhana Kembar berkisah tentang Diana, perempuan penghujung 60-an,
yang tengah sekarat di rumah sakit karena kanker. Sembari menghitung-hitung
sisa hidupnya, Diana teringat seorang yang sangat dicintainya, seorang bernama
Selina.
Sementara Diana
tergoler di rumah sakit, Lendy, cucu semata wayang Diana, menemukan sebundel
naskah tua dan potongan-potongan surat di dalam lemari baju neneknya, saat
mencari akta kelahiran sang nenek. Di dalam naskah tua yang bertajuk 'Gerhana
Kembar' itu, Lendy membaca kisah cinta seorang guru TK bernama Fola Damayanti,
dengan Henrietta, seorang pramugari GIA. Naskah itu ditulis oleh penulis
berinisial F.D.S yang kemudian diketahui Lendy sebagai Felicia Diana Sutanto,
neneknya.
Sebagai editor buku
di sebuah penerbit berkelas seperti Altria Media, Lendy terkejut menemukan
kisah cinta tidak biasa yang ditulis dengan bagus. Semakin larut dalam naskah
itu, Lendy semakin yakin bahwa kisah yang ditulis neneknya itu adalah sebuah
kisah nyata. Lendy bertanya-tanya, sebenarnya, siapakah Fola Damayanti dan
Henrietta?
Dikisahkan, setelah
berpisah 3 tahun Fola bertemu Henri yang tidak bisa berhenti mencintainya
(tahun 1963, hlm. 115). Ada ketidaktelitian soal tahun, seharusnya 2 tahun,
karena mereka bertemu terakhir kali tahun 1961 ketika Henri mencium Fola (bab
4). Fola telah menikahi Erwin, seorang dokter, dan saat itu dalam keadaan
hamil. Henri berniat mengajak Fola untuk hidup bersama dengannya di Paris.
Tetapi, keinginan Henri tidak bisa terwujud kendati Fola sudah bersedia
mengikutinya. Terjadi peristiwa yang menjadi penghalang bersatunya cinta
mereka. Pertama, Eliza, anaknya yang berusia 6 tahun memintanya untuk
tidak meninggalkannya, dan kedua, Erwin, suami Fola diketahui menderita kanker
paru-paru. Setelah kematian Erwin, Fola bisa pergi ke Paris. Tetapi, Eliza,
anaknya yang masih remaja, kembali dari Yogyakarta dan mengabarkan kehamilannya
gara-gara berhubungan dengan seorang lelaki tak bertanggung jawab (entah kenapa
Eliza harus masuk SMA di Yogyakarta, seolah-olah Jakarta tidak punya SMA yang
bagus).
Kisah dalam naskah
tua 'Gerhana Kembar' berakhir saat Henri menunggu kedatangan Fola di Bandara
Charles de Gaulle, dan Fola tidak pernah menampakkan diri.
Gerhana
Kembar mengajarkan pembaca awam untuk tidak selalu terpaku
kepada cinta antara seorang pria dan seorang wanita. Cinta tidak selamanya
hanya dengan lawan jenis. Cinta bisa juga hadir dalam sesame jenis, seperti
yang dialami oleh Fola dan Henrietta.
Cinta sesama jenis tidak menjijikan seperti
dipikiran orang awam. Cinta sesama jenis bahkan bisa lebih indah dan lebih
membutuhkan perjuangan ketimbang cinta lawan jenis. Cinta sesama jenis bukanlah
sebuah cinta yang tabu atau cinta yang hanya melihat fisik. Bahkan, Gerhana Kembar lebih seperti Romeo and Juliet versi sesama jenis.
Novel ini menggambarkan bahwa cinta membutuhkan
pengorbanan. Cinta itu pilihan, seperti saat Fola harus memilih antara
membesarkan anak semata wayangnya atau pergi bersama kekasih pujaan hatinya. Tapi
Fola tetap memilih untuk membesarkan anaknya karena cintanya yang begitu besar
kepada anaknya.
Novel ini juga mengajarkan bahwa cinta itu sabar. Walau
telah beberapa kali takdir berkata tidak kepada Fola, tapi dia tidak menyerah
melainkan terus mencintai Henrietta sampai ajal menjemput.
Novel ini sangat cocok untuk pembaca yang lines atau gay yang sedang mencari cerita percintaan. Namun, tidak menutup
kemungkinan pembaca normal untuk membacanya. Perlu diperhatikan juga bahwa ini
adalah cerita mengenai cinta, sehingga pembaca harus berpikir secara luas dan
tidak monoton. Pembaca harus mengerti bahwa cinta yang ingin ditekankan di
novel ini. Pembaca yang homophobia
juga boleh membaca novel ini agar lebih mengerti mengenai percintaan sesama
jenis, sehingga diharapkan pikiran mereka dapat lebih terbuka. Apalagi Indonesia
merupakan negara yang cukup memiliki banyak sekali homophobia. Masih banyak orang yang berpikir bahwa kaum LGBT itu
kaum yang menjijikan, padahal mereka ada disekitar masyarakat. Mereka dekat
dengan masyarakat, mereka ada, mereka nyata, mereka mungkin teman dan saudara
mereka, kerabat, atau pasangan hidup mereka.
Kristian Wibisono, Ines Kumala
Kristian Wibisono, Ines Kumala
No comments:
Post a Comment