Sunday, March 26, 2017

Profile Anggota

Angelina
lahir di Jakarta pada 16 Mei 1995. Ia adalah mahasiswa dan seorang guru gambar Manga di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Kini ia menempuh pendidikan S1 di Universitas Buddhi Dharma jurusan Bisnis Manajemen dan saat ini tengah memasuki tahun keduanya.

Ia bekerja sebagai guru gambar di sebuah perusahaan jasa bernama First One Education Centre. Mengajarkan cara menggambar dengan Manga style adalah tugasnya. Selain itu ia juga mempunyai proyek sampingan dengan membuka booth di beberapa pameran kesenian di Jakarta dan sebagai illustrator lepas.

Anak pertama dari dua bersaudara ini adalah lulusan dari SMK Bonavita, Tangerang, tahun 2012. Pada saat itu ia tercatat sebagai siswa jurusan Multimedia.

Setelah lulus SMK, ia pernah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Namun profesi itu tidak berlangsung lama dikarenakan ketidakcocokan pekerjan. Selanjutnya ia bekerja sebagai guru bimbel di sebuah tempat bimbel di daerah Gading Serpong selama dua tahun. Ia juga pernah membuka bisnis kecil-kecilan yaitu berjualan kreasi dari kain flanel dan benang rajut selama kurang lebih 8 bulan.

Saat ini ia tinggal di kediaman orang tuanya di daerah Curug, Tangerang, bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya.


Kristian Wibisono

Saya Kristian Wibisono, tahun ini saya berusia 20 tahun. Saya memiliki golongan darah O rhesus positif, dimana artinya darah saya cocok untuk berbagai jenis darah lain. Saya juga memiliki shio kerbau dan zodiak libra. Disamping itu saya lahir di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1997. Saya bersekolah di Setia Bhakti dari TK sampai dengan SMA. Kemudian barulah saat kuliah saya pindah ke Universitas Buddhi Dharma.  Saat ini saya tinggal bersama kedua orang tua saya, seorang kakak perempuan dan seekor landak mini jenis albino.

Ravena Kristiani

Ravena Kristiani adalah gadis keturunan Sunda dan Chinnese , arti nama Ravena adalah nama populer untuk anak perempuan sedangkan Kristiani adalah nama “Alkitabiah” yang dianggapnya terbaik, terindah untuk sang calon bayi. Dia lahir di Rangkas Bitung, 5 Juni 1997. Dari pasangan Uthan Miharja(Alm) dan Rosiana Purbawan.

Gadis ini mempunyai motto “ People Changes Memories Dont” dalam kehidupannya, yang artinya setiap orang bisa berubah tetapi kenangan tidak. Ia pun mempunyai cita-cita menjadi seorang jurnalis namun pilihan orang tuanya berkata lain. 
Sejak kecil Ravena terbiasa hidup dilikungan anak-anak yang penuh semangat dan ceria , itu pun membantunya menjadi anak nya murah senyum. Ketika SD orang tuanya memilih sekolah negeri cukup terkenal dilikungannya lulus dari SD , ia melanjutkan SMP-SMA nya disebuah sekolah swasta.
Saat ini dia melanjutkan studinya di sebuah Universitas di daerah Tangerang dan tinggal bersama ibu dan adiknya di jalan Nusa Indah 2.


Friday, March 24, 2017

Diskusi TM 03


Apakah masyarakat menjadi sesuatu yang sangat penting ,lalu bagaimana dengan hak-hak individu dan kebebasan?
Arti menjadi manusia  sendiri menurut Konfusius, manusia yang sudah mewujudkan dirinya disebut  sebagai  “ KIUNTSE”. Seorang KIUNTSE  memiliki lima sifat KEKALAN yaitu Cinta Kasih (REN) , Susila (LI) , Dapat Dipercaya (XIN) , Kebenaran (YI) , Kebijaksanaan (ZHI) yang masing –masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Konfusianisme tidak hanya berfokus  pada pengembanganya kebajikan tetapi juga menaruh perhatian besar terhadapa masalah etika yang berkaitan dengan individu menjadi orang baik sehingga terbentuk masyarakat dan pemeritah yang baik.

Apakah Konfusianisme menjadi pendorong atau penghambat modernisasi? Apakah kebangkitan ekonomi Cina , Taiwan , Hong Kong , Singapura , Korea Selatan , berkaitan dengan etika Konfusianis?
Pertumbuhan pesat yang dialami bangsa Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan di Asia Timur telah memaksa diadakannya telaah ulang terhadap pandangan semacam ini dan diarahkannya perhatian dengan cara positif, dimana budaya kemungkinan [justru] dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tinggi, nampaknya penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Sebagai suatu sistim etis, Konfusianisme berkutat dengan hubungan yang selayaknya antara atasan dan bawahan, serta menekankan adanya suatu relasi timbal balik, seperti teladan kebajikan yang diperlihatkan oleh atasan dan kesetiaan yang diberikan oleh bawahan. Individualisme berada di bawah harmoni dalam sebuah kelompok; keluarga secara tradisional dianggap sebagai kelompok sosial terpenting. Sehubungan dengan pemerintahan, Konfusianisme mendukung pemerintahan otoriter tercerahi yang dijalankan oleh suatu birokrasi terpusat, dan bukannya demokrasi populer (popular democracy). Dalam masyarakat tradisional Konfusianisme, pemerintah diharapkan sebagai pelestari birokrasi terdidik, dipilih melalui ujian dan bukannya lewat pewarisan atau hubungan politik.
 
Sumber:https://www.facebook.com/notes/ivan-taniputera/konfusianisme-pertumbuhan-ekonomi/10151432403591942/

Ravena Kristiani

Sunday, March 19, 2017

Diskusi TM 02 Kepribadian Manusia dan Aturan Manusia

Manusia hidup memiliki tiga hubungan, yaitu hubungan antara sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Tuhan. Dilihat dari pernyataan itu, dapat disimpulkan bahwa manusia harus menuruti hukum yang ditetapkan oleh ketiga hal itu, yakni manusia, alam, dan Tuhan. Mengapa demikian? Karena mereka menjalin relasi yang selaras dengan ketiga hal itu. Jika mereka menjalin relasi, maka mereka harus mengerti cara main atau aturan-aturan dari hal-hal yang bersangkutan. Dapat dicontohkan hubungan kita dengan alam. Jika kita berhubungan dengan alam, maka kita harus mengikuti aturannya, yakni tidak merusak alam dan melestarikannya. Dengan manusia, kita harus menaati bahwa sesama manusia harus saling menghormati dan menjaga. Hubungan dengan Tuhan, maka kita harus menjalin hubungan baik dengan Tuhan dengan cara menaati setiap aturan yang dibuat atau ditentukan oleh Tuhan.
Apa yang dimiliki manusia sebenarnya? Kepribadian apa yang dimiliki oleh manusia? Apa yang membentuk manusia menjadi seorang 'manusia'?
Manusia pada dasarnya baik atau jahat itu tergantung dari dua hal. Pertama adalah gen dan yang kedua adalah lingkungan sosial pertamanya, yakni keluarga. Pertama, gen menentukan sekali jika seseorang itu baik atau jahat. Penulis pernah menonton sebuah drama kisah nyata di salah satu stasiun televisi nasional. Didalam drama itu dikisahkan mengenai satu pasang suami istri yang sangat baik. Mereka memilili etikad baik dan kepribadian yang baik. Mereka juga mempunyai orang tua yang baik dan bijaksana.
Singkat kata pasangan suami istri tersebut memiliki seorang anak perempuan. Anak perempuan itu memiliki kepribadian yang baik pula. Walau hidup dalam keluarga yang kaya dan dimanja oleh setiap orang di dalam keluargany, dia tetap menghargai orang lain dan menjadi seorang yang pekerja keras dan menghargai uang berapapun nilainya. Kepribadian yang dimiliki olehnya sangat mirip dengan kedua orang tuanya.
Hal kedua yang menjadikan pembentuk dari kepribadian seseorang adalah lingkungsn sosial pertamanya, yakni keluarga. Hal ini dapat dilihat dari anak-anak yang hidup dalam lingkungan yang tidak baik, maka dia juga memiliki kepribadian yang tidak baik, begitu pula sebaliknya. Jika seseorang hidup dalam lingkungan pencuri, tidak menutup kemungkinan di masa depan dia akan menjadi pencuri juga.
Kesimpulannya adalah seseorang asalnya memiliki sifat yang baik atau tidak baik semua itu berasal dari gen yang dimiliki dan lingkungan yang membentuknya. Namun, tidak menutup kemungkinan jika seorang yang memiliki gen yang baik dapat menjadi orang jahat jika dia hidup dilingkungan yang tidak baik. Tapi jika awalnya baik, maka dia akan tetap memiliki sifat yang baik, tidak peduli berapa persentase yang dimilikinya.

Kristian Wibisono

Friday, March 10, 2017

The Joy Luck Club

Review Film The Joy Luck Club
Film drama ini diadaptasi dari sebuah novel ,sang novelis ia adalah Amy Tan. The joy luck club ini diproduseri oleh Oliver Stone bersama Wayne Wang sebagai sutradara. Wayne Wang seorang sutradara Tionghua asal Amerika. The Joy Luck Club ini adalah film keempat Wayne Wang pada tahun 1993. Beberapa tahun silam sebelum film ini ,Wayne Wang memproduseri film seperti, "Dim Sum: A Little of Bit Heart" (1985), , "Dimsum Take Out" (1998), dan "Eat a Bowl of Tea" (1989) dan sempat mengarahkan Jennifer Lopez dalam "Maid in Manhattan" (2002). Dalam film keempatnya ini Wayne Wang memberi kesempatan aktor-aktor ternama yang kebanyakan berasal dari negara tirai bambu ini seperti Kieu Chinh sebagai Suyuan adalah ibu dari June yang aktornya bernama Ming Na Wen, Tsai Chin sebagai Lindo yang mempunyai anak bernama Waverly yang diperankan oleh Tamly Tomita ,Frances Nuyen yang memerankan sebagai Ying Ying ibu dari Lena yang diperankan oleh Laura Tom dan yang terakhir adalah Lisa Lu berperan sebagai An-Mei yang mempunyai anak bernama Rose yang diperankan oleh Rosalind Chao.
            The Joy Luck Club ini bisa dikategorikan film dengan bergenre drama,karena ini sangat lekat dengan kehidupuan wanita Tionghua pada zaman dahulu kala. Alur ceritanya pun maju-mundur dimana maju ketika menceritkan kehidupan seorang June( anak dari mendiang Suyuan). Suyuan adalah wanita yang kabur seorang diri dari negara karena adanya perang jepang, ia membawa dua anak kembarnya ketika kabur namun Suyuan meninggalkan kedua anak kembarnya diperjalanan. Lalu Suyuan kembali menikah dan memiliki anak bernama June, Suyuan imgin anaknya agar menjadi pianis terkenal karena ia percaya anak mempunyai kehidupan yang lebih baik daripadanya. Sedangkan Lindo mempunyai kisah hidup yang cukup penuh lika liku diusai yang sangat muda. Lindo di usai 15 tahun dibeli oleh seorang bangsawan untuk menikah, terpaksa ibunya mengiyakan permintaan sang bangsawan karena ia percaya Lindo mempunyai kehidupuan lebih baik. Setelah menikah ibu mertuanya kurang menyukai maka dari itu Lindo menjaga sikapnya. Namun lambat hari Lindo mempunyai akal bagaimana membuktikan kalau apa yang dikira ibunya mertuanya percaya matchmaker itu hanya sebuah akal-akalan semata saja,dari pernikahannya kali ini Lindo dikarunai Waverly. Lindo ingin anaknya menjadi pemain catur yang handal namun keinginan Waverly berbeda dengan ibunya dalam film ini adanya paksaan orang tua dalam mengatur bakat anaknya.
 Kontras dengan cerita An-Mei yang ibunya diasingkan dari keluarga lantaran sudi jadi istri keempat seorang pria kaya—tak lama setelah suaminya meninggal. Namun motivasi dan nasib sang Ibu kelak akhirnya memberikan pencerahan bagi An-Mei kalau setiap wanita mampu jadi pengemudi hidupnya sendiri. Sementara Ying-Ying adalah wanita yang pernikahannya dulu diwarnai oleh abuse dan perselingkuhan sang suami (Russel Wong), yang baru menyadari telat kalau semestinya ia menuntut untuk keluar dari pernikahan tersebut sejak dulu.   Ya, ceritanya memang sangat empowering, yang mungkin mampu melampaui satu identitas rasial semata. Namun The Joy Luck Club sarat dengan simbolisasi dan gestur kultural yang memang identik dengan Asia, semisal keterikatan keluarga (walaupun itu bisa dibilang sebagai tradisi timur secara umum) dan tata krama saat perayaan besar maupun dinner keluarga yang sederhana (camkan, jangan mengambil lebih dari satu sendok kalau anggota keluarga yang lain belum mengambil porsi mereka). Segala kompleksitas itu tak luput dieksplor oleh sutradara asal Hong Kong, Wayne Wang (Maid in Manhattan), dan ia memberikan kendali penuh akan filmnya kepada para aktornya yang terdiri dari aktris-aktris Asia kawakan hingga para aktris Amerika keturunan China dengan yang paling populer adalah Ming-Na Wen (dari serial ER dan Agent of S.H.I.E.L.D.S).
Kita akan merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang dialami oleh tiap karakternya, dan menghargai perjuangan yang mereka lalui demi mencapai masa depan yang lebih baik. Kita menjadi lebih menghargai apa yang sudah kita punya sekarang dan mencoba untuk terus berjuang demi diri kita dan orang yang ada disekitar kita, yaitu keluarga kita.
Dapat dilihat dari cerita ini bahwa pihak eksternal menentukan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang, terutama perempuan. Identitas yang dimiliki seseorang dapat berasal dari eksternal dan internal, tetapi dalam film ini lebih menekankan dari sisi eksternal. Lingkungan yang keras membuat orang-orang memiliki pandangan yang berbeda.
Dalam film The Joy Luck Club dikisahkan bahwa hubungan antara orang tua dan anak tidak selalu baik, bahkan setiap orang memiliki masalah. Namun, masalah ini dapat diselesaikan dengan hal yang sederhana, yaitu komunikasi. Dari sini pembaca dapat belajar bahwa setiap masalah bisa diselesaikan dengan memulai komunikasi.

Film ini juga sangat pantas untuk ditonton oleh semua kalangan, karena mengandung nilai moral yang besar. Namun untuk anak kecil perlu dibimbing oleh orang tua karena ada adegan dan cerita yang tidak seharusnya disaksikan oleh anak kecil.

Penulis Kristian Wibisono dan Angelina